Aku suka
dengan anak kecil. Bukan, aku bukan seorang pedophil. Hanya saja, melihat anak
kecil bermain itu rasanya sangat menghibur.. Rasanya nikmat sekali melihat anak
kecil bermain bersama dan berlarian sepanjang jalan. Aku suka melihat tawa
mereka. Tawa itu tulus, tidak dibuat-dibuat. Tersenyum riang. Senyum itu bukan untuk
menyenangkan orang lain, tapi itu senyum bahagia dari lubuk hati mereka. Melangkah ceria. Langkah kecil itu bukan untuk
mengejar ambisi, tapi untuk menikmati hidup.Berteriak keras. Teriak nyaring itu bukan karena
amarah, melainkan semangat membara. Tawa riang mereka, langkah ceria mereka.
Ah, rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan itu. Kadang aku rindu menjadi
anak kecil lagi. Hidup dalam dunia kepolosanku, tanpa peduli orang mau bilang
apa. Bermain sesuka hati tanpa harus memikirkan ini itu. Bermimpi setinggi
langit tanpa peduli esensi dari mimpi itu. Aku rindu menjadi anak kecil. Ketika
aku tidak perlu takut menjadi apa ada nya diriku sendiri. Aku rindu masa-masa
ketika aku bisa berlari sepuas mungkin tanpa ada ratusan beban berat yang
menggantung di pundakku. Aku rindu ketika aku bisa bebas ingin menjadi apa pun
yang aku mau tanpa peduli orang lain akan setuju atau tidak. Aku rindu menjadi
anak kecil. Kalau bisa, aku ingin jadi anak kecil saja selamanya. Haha bodoh
Gambar-gambar
di atas bukan gambarku. Awal Juli lalu, aku diminta menjadi salah seorang juri
untuk lomba menggambar untuk anak-anak yang diselenggarakan di kampusku. Senangnya
minta ampun. Bukan karena menjadi jurinya, tapi karena akhirnya aku bisa
melepaskan penat dari sibuknya kampus dengan menikmati karya-karya anak kecil.
Gambar anak kecil itu mungkin tidak mengandung konsep setinggi langit, tapi
penuh kebebasan. Paduan warnanya mungkin tidak sehebat lukisan-lukisan Affandi.
Struktur garisnya mungkin tidak sekompleks lukisan Picasso. Tapi aku suka.
Karya mereka itu tulus, bebas, tidak neko-neko dan ekspresif.
Bahkan saat
menilai karya mereka aku sendiri sangat takjub. Mereka masih berusia 6-11 tahun
dan sudah mampu membuat perpaduan warna sehebat ini? Di umurku yang sekarang
pun aku masih ragu apakah aku sanggup menyamai karya mereka. Saat penjurian pun aku bingung setengah mati. Seni tidak dapat dinilai dari jelek atau bagusnya. Buatku, seni adalah ekspresi. Setiap warna yang ada di gambar-gambar di atas lahir dari ekspresi masing-masing anak. Ekspresi gembira, sedih, takut, serius, gugup, ragu, malas dan banyak lagi. Bagaimana mungkin menentukan juara dari masing-masing individu yang berbeda? Apa boleh buat, aku telah ditunjuk menjadi seorang juri. Tugasku menilai. Walau sebenarnya tak satu pun karya seni di dunia ini pantas dinilai dengan sekedar angka.
Pada
akhirnya, aku yang belajar banyak dari karya mereka. Belajar menjadi diri
sendiri. Selama ini aku sering kehilangan jati diri dalam berkarya. Mencoba
meniru-niru karya seniman terkenal hanya untuk diakui orang lain. Aku jadi
seorang pembohong. Mengkhianati diri sendiri. Sampai sekarang pun aku masih
belajar. Belajar untuk jujur pada diri sendiri dan tetap bersemangat dalam
menjalani langkah-langkah kecil di hidupku.
ps: Karya-karya di atas dibuat sama anak-anak yang mengikuti lomba menggambar yang diselenggarakan di Student Center STAN awal Juli lalu. Sejujurnya aku pengen ngasih credit buat karya adik-adik yang aku post di atas. Sayangnya aku ngga tau nama-nama mereka. Tapi siapapun kalian dan dimanapun kalian sekarang, terima kasih adik-adik tercintaa. Karya kalian betul-betul mengispirasiku. Keep smiling yaa :)
0 komentar → [Drawing] Made by KIDS
Posting Komentar