• Ini adalah pertama kalinya saya mencoba “body painting”. Sebenarnya udah pengen nyoba dari beberapa bulan yang lalu, udah nyobain di wajah juga, tapi hasilnya sepertinya kurang layak untuk ditampilkan di blog ini haha.

    Awalnya saya bingung mau melukis objek apa di tangan. Bingung, akhirnya saya mengikuti kata hati saja. Dari dulu saya memang suka dengan motif ini. Motif sulur-sulur daun. Entah kenapa bisa jatuh cinta dengan motif ini. Setiap kali stuck mau gambar apa, pasti yang tercipta ya motif daun-daun ini.

    Saya menggunakan krayon dengan 6 warna yang tersedia yaitu putih, kuning, hijau, merah, biru, dan hitam. Warna-warna dasar. Jadi, sebenarnya saya cukup bebas untuk memadu warna karena semua warna dasarnya lengkap. Hanya saja saat itu saya masih bingung dengan konsep gambarnya, jadi yah yang tercipta cuma segini saja.

    Sebenarnya krayon yang saya gunakan dikhususkan untuk melukis wajah. Atau dalam bahasa inggris “face painting”. Jadi, konten krayonnya aman untuk kulit wajah dan mudah dibersihkan. Lain kali saya akan mencoba di wajah dengan gambar yang lebih kompleks. Tunggu saja J


  • boring/stereotype

    Waktu Pembuatan : Akhir 2012
    Tipe Pengerjaan : Cat Air di Atas Buku Gambar Khusus Cat Air

    Lukisan ini terinspirasi dari kegiatan belajar-mengajar yang saya alami sendiri di kampus saya. Saat itu siang hari yang terik di kelas, ada dosen yang mengajar di depan, dan cahaya memantulkan setiap bayangan kami ke papan tulis. Tak sengaja, saya memperhatikan papan tulis. Sebuah bayangan tercetak di sana. Ah, bahkan matahari pun tahu saya sedang dilanda bosan tingkat akut.

    Dari kecil, kita sudah dididik dengan cara belajar seperti itu. Seorang guru di depan kelas, puluhan murid menempati meja masing-masing dengan rapi, sebuah papan tulis, dan tembok sebagai media penghalang mata kita dengan dunia luar. Orang bilang itu kondisi belajar-mengajar yang ideal. Ya, orang bilang. Selalu begitu.

    Orang bilang kuliah itu harus tinggi-tinggi, jangan mau hanya sampai D3, kalau bisa sampai S3, kalau bisa lagi sampai es campur makannya pakai sumpit. Orang bilang ibu rumah tangga itu tidak berpendidikan, tidak prestige, ruang lingkup hidupnya cuma 3R : dapur, sumur, kasur. Orang bilang siswa/i yang aktif di kelas itu pasti orang pintar, sebaliknya si pendiam itu pasti bodoh. Tidak berpotensi. Tidak tau apa-apa. Orang bilang sukses dan bahagia itu berarti harus kaya. Punya banyak uang. Punya pekerjaan tetap. Tidak penggangguran. Tinggal di kota. Orang bilang lukisan saya biasa saja. Maaf, saya tak peduli.

    Kadang mungkin Tuhan menertawakan kita. Ia sudah menyusun ratus ribuan juta skenario yang berbeda-beda untuk kita. Tapi, rumput tetangga memang selalu warna hijau. Kita ikut-ikutan saja. Maklum, ngga ada yang jual rumput warna merah. Kita selalu mendengar apa kata orang. Melihat apa yang diperbuat orang. Meniru berkedok meneladani. Lalu memberi alasan murahan “Bukankah hal yang baik harus ditiru?”. Dan berlindung di sebuah payung bernama steorotipe. Mengikut massa yang lebih banyak.

    Salahkah jika memiliki sedikit jiwa individualis? Salahkah jika seorang sarjana memilih untuk menjadi petani? Salahkah jika seorang anak kecil bermimpi menjadi montir? Salahkah jika ada yang bilang matahari itu berwarna merah? Salahkah jika saya lebih memilih diam di kelas saat teman-teman yang lain berlomba-lomba menyuarakan pendapatnya? Salahkah jika memang saya dan Anda tak sama?

    Kadang, kita terlalu takut. Takut berbeda. Takut berbeda karena orang berbeda akan diasingkan. Takut diasingkan karena orang asing tak akan memiliki teman. Takut tak memiliki teman karena orang penyendiri akan cepat mati. Ah, steorotipe lagi.

    Saya muak.





  • The Prayer

    Waktu Pembuatan : Awal 2012
    Tipe Pengerjaan : Cat Air di Atas Buku Gambar Khusus Cat Air


    Kenapa baru teringat berdoa ketika ada bencana yang menimpa?

    Kenapa baru teringat berdoa ketika sedang sakit?

    Kenapa baru teringat berdoa ketika menangis?

    Berdoa begitu khidmat, begitu keras  seakan takut Tuhan tak mendengar

    Berteriak begitu lantang seakan bertanya dimana tangan-Mu sekarang Tuhan

    Anda pikir Tuhan itu dewa segala bencana?

    cuma muncul ketika ada tangisan, cuma hadir ketika sakit melanda, sekedar singgah di sebuah acara pelayatan?

    Lalu ketika mukjizat-Nya belum bekerja, mengomel bertanya dimana kehadiran-Nya

    merasa ditinggalkan lalu mengancam akan ikut-ikutan meninggalkan-Nya juga

    Lalu dimana Anda ketika matahari pagi masih bersinar begitu terang?

    Sebegitu sulit kah mengucap syukur untuk sedikit nafas yang sudah terhembus?

    Sebegitu susah kah mengucap terima kasih untuk kehadiran orang-orang terkasih?

    Sebegitu kelu kah tangan ini terlipat untuk sekadar berbasa-basi pada Yang Kuasa di setiap menit yang sudah dilalui?

    Sebegitu sulitkah berdoa?

    -         -  sebuah peringatan untuk diri sendiri





  • ?

    Dimensi : Buku Gambar A3
    Waktu Pembuatan : Pertengahan 2010
    Tipe Pengerjaan : Cat Air di Atas Buku Gambar A3

    Lukisan ini sudah lama sekali dibuat. Saya ingat sekali waktunya. Saat itu saat-saat menunggu pengumuman. Sebuah pengumuman kelulusan di universitas yang saya bangga-banggakan selama beberapa tahun. Pengumuman laknat yang buat hati saya hancur lebur tidak berbentuk sama sekali. Saya gagal menjadi seorang arsitek. Titik. Tanpa koma atau tanda tanya akan sebuah kesempatan lagi. Saya pun gamang. Apa kabar masa depanku nanti?

    Dulu, saya tidak pernah menyangka akan berakhir di kampus ini. Semenjak menemukan talenta tersembunyi saya di bidang melukis, menjadi seorang arsitek atau seniman adalah satu-satunya pilihan hidup saya. Tidak ada niatan menjadi “orang lain”.

    Saat itu saya adalah seorang pemimpi. Pemimpi garis keras. Akibat dari terlalu memuja film Laskar Pelangi (yang hebohnya luar biasa) dan memelototin novel Sang Pemimpi setiap hari, saya dengan tidak tau dirinya  membuat daftar mimpi-mimpi yang harus dicapai saat dewasa nanti. Kuliah arsitek, jadi arsitek, bikin gedung-gedung mewah yang belum pernah dibuat di dunia, dapat gaji 2 M, jadi penulis skenario, filmnya tembus Oscar, jalan di red carpet, ketemu Brad Pitt dan kawan-kawan, main di Broadway, melukis kanvas segede gaban, punya rumah di Beverly Hills, dapat hadiah Nobel dan sejuta mimpi lainnya yang untuk kebaikan jantung Anda tidak saya muat di sini. Jujur, saat itu saya bangga. Bangga karena saya pikir dengan bermimpi saja dan sedikit usaha untuk bekerja keras, saya bisa menaklukkan dunia. Meraih semua mimpi itu tanpa terkecuali. Parahnya lagi, saat itu saya masih labil. Keteguhan iman saya masih lebih kecil dari seekor kecebong yang baru menetas. Saya lupa saya punya Tuhan.

    Seiring usia beranjak, saya sadar semakin tua. Eh, semakin dewasa maksudnya. Tingkat kewarasan saya pun semakin baik. Saya sadar, sesadar-sadarnya bermimpi saja tidak cukup. Tidak akan pernah cukup. Anda pikir Walt Disney saat masa mudanya cuma bermimpi, tidak melakukan apa-apa? Dia melakukan sesuatu. Bekerja keras untuk meraih mimpinya.

    Bermimpi memang tidak salah, tapi tidak cukup. Tidak akan pernah cukup. Kalau toh talenta saya di bidang melukis, kenapa malah pengen borong semuanya mulai dari arsitek sampai jadi tetangga Brad Pitt? Fokus. Saya harus bisa memilah yang mana jadi tujuan hidup saya. Iya sih, saya juga ingin memenangkan Oscar untuk kategori Best Original Screenplay. Tapi biarlah mimpi yang satu itu cukup hinggap di kepala saya saja tanpa ada niatan untuk menginap.

    Sekarang saya fokus ingin menjadi seniman. Belajar bekerja keras untuk menghasilkan karya-karya yang tidak hanya bagus tapi juga menginspirasi. Yang bisa membuat orang tersenyum dan juga bersyukur untuk hidupnya. Membagi waktu sebaik mungkin di tengah-tengah kesibukan saya sebagai seorang pelajar. Berjalan terus sambil menyerahkan semuanya pada Tuhan. Iyaa, saya sudah ingat kok. Saya punya Tuhan. Yang Baik, Yang Maha Kuasa, Yang Punya Rencana. Kemanapun dia bawa saya melangkah, entah sesuai dengan mimpi saya, atau berbeda 180 derajat, biarlah Dia saja yang tahu. Saya yakin kok. Percaya rencana-Nya jauh lebih hebat , jauuuuuuuuuuuuh lebih hebat daripada daftar mimpi-mimpi-keterlaluan saya. Saya cukup mengerjakan se-terbaik yang saya bisa, sisanya ada di tangan Dia J


    All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them - Walt Disney
  • maaf pembaca, saya sudah lama tidak menge-post karya baru. sebulan ini banyak hal yang terjadi. ujian akhir di semester 5 dan liburan selama 2 minggu lebih di Kabanjahe. seperti yang Anda tahu sinyal modem di kampung tercinta saya itu tak pernah mengizinkan saya "bercinta" dengan internet. jadilah setelah kembali ke peradaban, baru saya bisa beraksi lagi di blog ini :))

    kali ini sedang tidak ingin mebagi karya sendiri. teman-teman saya juga luar biasa semua karyanya. saya belajar banyak dari karya mereka. Semoga Anda juga suka. Enjooy!

    ini karya Ricky, teman sekelas saya di tingkat 2 dan 3. tangannya luar biasa. apa saja dari origami dan flanel bisa dibentuknya jadi karya yang bagus nan lucu. sebenarnya kedua gambar di atas saya ambil dari koleksi post-it milik dia. yang sebelah kiri digambar oleh Umar dan sebelah kanan digambar oleh saya, kemudian disempurnakan oleh Ricky :))



    yang ini juga dibuat oleh Ricky. dari kertas origami. saya tukang fotonya saja. berlatar sebuah kelas di Gedung I.



    yang ini dibuat oleh Rio. seorang tukang sketsa. teman sekelas di tingkat 2. dulu sering cerita dan minta diajarin sketsa sama dia. maklum saya bukan juru gambar, tapi juru warna. digambar di sebuah tissuee. milik saya tentunya. dibuang-buang untuk menggambar sketsa. kreatip!


    ini mural. dibuat oleh Ade, Rafly dan Taufik. entah kenapa sejak pertama sekelas di tingkat 1, saya ngga pernah membayangkan mereka akan berada dalam 1 tim untuk mengerjakan sebuah karya seni. dan lihatlah hasilnya. seharusnya dinding-dinding se-Jakarta mereka saja yang menghias haha. ini dibuat untuk lomba mural di kampus saya dengan tema Free Your Soul. bukan hanya saya yang suka, banyak orang juga yang suka. mereka berhasil jadi juara 3. SELAMAT! :))


    Orang-orang seperti mereka lah yang membuat saya ngga pernah (ingin) berhenti mengejar mimpi saya. Saya tau, saya sadar sepenuhnya mimpi untuk dikejar. Bukan sekadar diumbar kemudian menguap seperti abu kremasi. Bersisa tapi tak bernyawa. Percuma. Terima kasih teman-teman. Entah kenapa saya berharap di masa depan nanti, ketika saya sudah jadi seniman terkenal (amin) saya ingin berbagi karya dengan kalian. Mengerjakan suatu proyek bersama-sama. Semoga tercapai!