• Stand Still

    Ah, sudah hampir 3 bulan ngga nyentuh blog lagi. Maafkan saya pembaca, rutinitas yang (lumayan) sibuk dan membosankan berhasil mengalihkan perhatian saya dari hal-hal yang menyenangkan. Bahkan, sudah hampir 2 bulan saya belum ada megang kuas lagi. Ngga tau kenapa. Padahal ngga sibuk-sibuk amat juga. Simply, just don’t want.

    Sebentar lagi kuliah saya juga selesai. Ngga pernah menyangka 3 tahun akan berjalan secepat ini dan saya harus dihadapkan dengan pertanyaan “mau jadi apa setelah ini”. Dulu, cuma berpikir pokoknya harus selesaikan kuliah dulu, baru fokus sama mimpi-mimpi yang pengen dicapai. Bad news, waktu berjalan terlalu cepat dan saya sudah terlalu nyaman di kepompong saya. Ngga mau jadi kupu-kupu.

    Sekarang malah mulai dilema. Bingung. Entah mau jadi apa. Di satu sisi saya ngga mau jadi budak pemerintah seumur hidup, berkomitmen mati-matian melayani orang yang bahkan ngga saya kenal dan melakukan hal yang ngga saya suka. Tapi, pekerjaan itu menawarkan saya hidup yang bahagia materi. Dan di sisi lain, saya pengen perjuangin mimpi saya. Jadi pelukis. Jadi penari. Pokoknya jadi seniman. Berkomitmen mati-matian memberikan karya terbaik untuk mendapat kepuasan diri dan penghargaan dari orang lain. Dan, pekerjaan itu menawarkan saya hidup yang bahagia hati tapi miskin materi.

    Saya dilema. Haruskah bertahan dengan keras kepala saya sendiri, mengikuti jalan yang sudah saya rancang sendiri dengan resiko bahkan orang-orang tercinta di dekat saya pun tidak mendukung sama sekali? Atau memenuhi harapan orang-orang terdekat saya dan tidak menjadi diri saya sendiri? Saya takut 10 tahun ke depan, saya masih terus berdiri di tempat yang sama, menyesal akan keputusan yang sudah diambil, menyalahkan kepengecutan diri sendiri dan membenci orang-orang tercinta saya.

    Terus terang, saya takut.

    Saya ingin bertahan, tapi hati saya berontak.

    Saya ingin berontak, tapi fisik sudah nyaman.

    Saya bingung.

    Saya . . . ah, sudahlah.